"Relaku menunggumu seribu tahun lama lagi,
Tapi benarkah hidup aku kan selama ini...?
Relaku mengejarmu seribu batu jauh lagi,
Tapi benarkah kaki ku kan tahan sepanjang jalan ini..?"
Imran Ajmain , Seribu Tahun
Bukan semuanya Imran Ajmain,
yang sanggup menunggu cintanya untuk seribu tahun lagi.
Bukan semuanya Imran Ajmain,
yang sanggup mengejar cintanya untuk seribu batu lagi.
Hati yang pernah sekali tegar dalam cinta,
kadangnya akan rapuh dan penat untuk sentiasa memberi dan kini menghulur tangan untuk menerima.
"Yang selalu memberi, ingin sekali sekala jadi penerima.."
Imran Ajmain, Selamat Ulang Tahun Sayang
Metafora dan hiperbola puitis seni sesuatu lirik kadangnya membuat aku mengharapkan cinta aku sehebat kata-kata pujangga,
walhal di dasarnya cinta bukan sekacang itu.
Kau rasa?
Tapi benarkah hidup aku kan selama ini...?
Relaku mengejarmu seribu batu jauh lagi,
Tapi benarkah kaki ku kan tahan sepanjang jalan ini..?"
Imran Ajmain , Seribu Tahun
Bukan semuanya Imran Ajmain,
yang sanggup menunggu cintanya untuk seribu tahun lagi.
Bukan semuanya Imran Ajmain,
yang sanggup mengejar cintanya untuk seribu batu lagi.
Hati yang pernah sekali tegar dalam cinta,
kadangnya akan rapuh dan penat untuk sentiasa memberi dan kini menghulur tangan untuk menerima.
"Yang selalu memberi, ingin sekali sekala jadi penerima.."
Imran Ajmain, Selamat Ulang Tahun Sayang
Metafora dan hiperbola puitis seni sesuatu lirik kadangnya membuat aku mengharapkan cinta aku sehebat kata-kata pujangga,
walhal di dasarnya cinta bukan sekacang itu.
Kau rasa?
Puitis sang pujangga ...
ReplyDeletePuitis sang pujangga ...
ReplyDelete